Tulisan dari Kaskus.com oleh : Cardiyan HIS
Untuk membakar nasionalisme bangsa Indonesia
Malaysia Terlalu Kecil untuk Jadi Lawan Setara Indonesia
Tragedi bom di Jakarta dimanfaatkan betul oleh Malaysia untuk public relations di mata Dunia. Dari soal klaim kesuksesan mereka menjadi tuan rumah Manchester United (MU) karena “Malaysia is the Truly Asia”. Dan tentu saja sambil meledek Indonesia: ”Malaysia Tewas dengan MU 2-3. Tak apa kalau kalah bermaruah. Tak seperti di Indon tewas 9 orang including 4 foreigner”.
Malaysia itu terlalu gede rasa. Baru saja menjadi OKB (Orang Kaya Baru) sudah merasa melampaui Indonesia segalanya. Boleh kalah sama negeri lain termasuk tetangga terdekatnya Singapura, tetapi Malaysia tak boleh kalah sama Indonesia untuk segalanya.
Namun pada sisi lain, mereka boleh jadi sebenarnya merasa rendah diri juga sama Indonesia. Maklum semenanjung Malaysia Barat dan Malaysia Timur jaman dulu adalah termasuk dalam kekuasaan kerajaan Majapahit. Kekuasaan Majapahit sangat luas sampai meliputi Kawasan Hujung Medini yakni: Pahang, Langkasuka, Saimwang, Kelantan, Trengganu, Johor, Paka, Muar, Dungun, Tumasik (Singapura sekarang), Kelang, Kedah, Jerai, Kanjapiniran dan juga Malano yang meliputi Serawak (Malaysia Timur sekarang), Mindanao dan Tawao (Slamet Mulyana, “Pupuh XIII, XIV, dan XV dari kitab Nagarakretagama, Majapahit”, Jakarta 1979: 279-280). Di samping itu, Nagarakretagama menginformasikan negara-negara yang bukan “jajahan” Majapahit tetapi sahabat Majapahit yakni negeri-negeri Siam, Ayudyapura, Darma Nagari, Marutma, Rajapura, Singanagari, Campa, Kamboja dan Yawana (Pupuh XV, bait 1).
Susahnya, generasi baru Malaysia itu tahunya Indonesia adalah yang ada urusannya dengan masalah ecek-ecek. Yakni tak jauh dari urusan pembantu rumah tangga; tukang masak, tukang nyuapin makan dan mandiin anak-anak Melayu; tukang pembersih lantai dan toilet di gedung perkantoran; tukang kebun kelapa sawit; pekerja kasar industri konstruksi dan sebagainya. Bahkan penyeluk (copet), rampok, penjual dadah (narkoba) dan pelaku kejahatan lainnya dituduhkan semuanya sebagai kerjaan orang Indon (begitu mereka menyebut Indonesia). Pokoknya dalam mindset mereka, Indonesia ini negara kelas dua.
Generasi baru Malaysia itu tidak tahu atau sengaja pura-pura tidak tahu, bahwa sejak tahun 1968, orang tua mereka yang sekarang menduduki jabatan menteri, pejabat tinggi kerajaan, pengusaha, para akademisi universiti-universi ti di Malaysia banyak belajar ke Indonesia; ke ITB, UI, UGM, Unpad, IKIP, IAIN. Bahkan mahasiswa Malaysia pun sekarang banyak belajar terutama di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi di universitas- universitas di Indonesia, dengan prestasi yang biasa-biasa saja. Mereka tutup mata bahwa, Indonesia adalah negara dengan penduduk 240 juta orang adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika Serikat. Indonesia adalah negara yang memiliki kebebasan pers yang sama dengan di Amerika Serikat, kecuali tak boleh menerbitkan dan memperdagangkan majalah pornografi dan tidak boleh memproduksi, memperdagangkan dan menyiarkan film pornografi. Mereka pura-pura nggak dengar, bahwa Indonesia ini 1 dari 4 negara di Asia yang bersama Cina, India dan Korea Selatan masuk G-20 Dunia.
Indonesia adalah anomali bagi negara-negara maju produsen barang mewah, pesawat jet dan helikopter pribadi, high-end car, barang-barang elektronik super mewah, hig-end consumer goods, apartemen super mewah, jasa kesehatan kelas VVIP, event dan jasa olahraga golf dan lain-lain. Mengapa? Karena Indonesia adalah konsumen terbesar mereka. Karena penduduknya banyak, para orang kaya Indonesia tarohlah jumlahnya 10%-nya saja ini berarti hampir 25 juta orang. Itu sama saja dengan seluruh jumlah penduduk Malaysia itu sendiri, baik yang kayanya maupun yang miskinnya. Atau jumlah orang kaya Indonesia itu sama juga dengan seluruh penduduk benua Australia. Atau jumlah orang kaya Indonesia itu juga sama dengan lima kali penduduk seluruh Singapura. Mayoritas yang menaruh uang di bank-bank Singapura adalah orang Indonesia juga, baik koruptor yang kabur tapi dilindungi Singapura maupun uang US dollar deposito oknum pejabat tinggi negara. Yang beli apartemen di kawasan elite Kuala Lumpur, Singapura, Melbourne, Sydney dan Perth itu mayoritas orang kaya Indonesia. Yang berobat ke hospital di Penang, Kuala Lumpur dan Singapura itu mayoritas orang kaya Indonesia pula. Pokoknya, Indonesia ini tak ada matinye!!!
Masalahnya karena size Indonesia adalah besar. Maka problema yang dihadapi Indonesia adalah sangat kompleks. Sangat berbeda jauh dengan problema yang dihadapi Malaysia, yang penduduknya saja cuma 23 juta orang, yakni sama saja dengan jumlah penduduk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Yang dihadapi Indonesia adalah harus memerangi KKN (Korupsi-Kolusi- Nepotisme) yang luar biasa rusak dan zalimnya diwariskan oleh rejim Soeharto, termasuk larinya uang BLBI senilai lebih dari Rp. 700 triliun entah kemana. Indonesia harus melawan kemiskinan dan kesehatan yang jelek karena utang yang dibuat oleh rejim Soeharto melebihi US$ 100 milyar. Indonesia harus melawan kebodohan karena mewariskan dana pendidikan yang sangat kecil oleh rejim Soeharto. Indonesia itu harus berjuang berat melawan Multinational Corporation (MNC) yang telah mengeksploitasi sumberdaya alam Indonesia secara biadab. Sehingga lingkungan rusak berat, karena mereka seolah merasa telah memiliki legalitas kuat dari “Contract of Works” yang dibuat oleh rejim Soeharto.
Oleh karena itu, awal dari segala awal kita bekerja membangun Indonesa yang besar dalam kenyataanya adalah kita harus dukung KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). KPK sebuah komisi independen yang masih dipercaya Rakyat Indonesia untuk memberantas KKN, sekaligus memberikan efek terhadap pencegahan KKN. Sehingga diharapkan HUKUM benar-benar dapat ditegakkan, dijalankan dengan adil dan efektif. Ini akan berefek terhadap semakin perlunya Birokrasi Pemerintahan direformasi total. Dana PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN yang mulai meningkat harus diawasi agar penggunaannya tepat sasaran dan efektif. Dana KESEHATAN melalui Jamkesmas dan Jaminan Sosial harus ditingkatkan agar rakyat tak mampu, akan mendapatkan haknya berobat gratis berdasarkan konstitusi. Sehingga secara jangka panjang sumberdaya manusia Indonesia menjadi sehat dan pintar. Infra-struktur harus dibangun agar proses produksi dan arus barang lancar, sehingga ekonomi menggeliat. Belanja barang Pemerintah harus semakin diarahkan untuk sebanyak mungkin DIBELANJAKAN UNTUK PRODUK INDUSTRI BUATAN INDONESIA SENDIRI, karena sumberdaya manusia Indonesia juga sudah menguasai teknologi sendiri. Dan ini akan menggerakkan ekonomi para WIRAUSAHA SEJATI Indonesia sendiri, yang membuka kesempatan kerja yang seluas-luasnya, yang membuat rakyat Indonesia bermartabat karena memiliki pekerjaan yang dapat menghidupi sanak keluarganya. Dan Wirausaha Sejati ini akan menggelinding populasinya untuk menjadi agen perubahan. Dunia perbankan harus dibangun berdasarkan kemampuan menjaga kepercayaan nasabah dan memberikan dukungan konstruktif dengan tingkat suku bunga yang relatif rendah bagi para wirausaha nasional. Dengan demikian Indonesia secara bertahap akan mengurangi ketergantungan terhadap sumber-sumber keuangan negara asing atau sumber-sumber keuangan rente tinggi.
Termasuk tentunya belanja alutsista bagi TNI dan Polri harus sebagian besar hasil produk buatan Indonesia sendiri, yang dibuat di pusat industri-industri strategis. Sehingga secara bertahap Indonesia memiliki alutsista yang memadai yang memiliki efek deteren atau kemampuan menggetarkan musuh-musuh kita. Yang mampu mengawasi perairan Indonesia yang terluas di dunia yang sangat kaya sumberdaya hayati yang terbarukan dan sangat kaya pula sumberdaya alam tak terbarukan seperti minyak, gas dan mineral lainnya. Dengan Indonesia memiliki kekuatan alutsista yang kuat, negara asing akan mengurungkan niatnya untuk melakukan kejahatan di seluruh wilayah darat dan perairan Indonesia.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment